Duta Bisnis School ( DBS )

Informasi Bisnis Di Internet.....

Gunakan Selau Paypal Untuk Transaksi Online

Daftar ke PayPal dan langsung menerima pembayaran kartu kredit.

30 November 2008

NARKOBA DAN SELINGKUH

Menurut para ahli, jika dilihat dari kajian biologi ada kemiripan aktivitas otak pada saat seseorang mengalami high akibat jatuh cinta maupun karena menggunakan zat (narkoba) tertentu. Hal ini tentu cukup mengagetkan, bukan?

Penulis buku The Female Brain, Dr. Louann Brizendine yang juga seorang neuropsychologist lulusan dari serentetan institusi pendidikan bergengsi University of California Berkeley, Yale, dan Harvard, mengatakan bahwa pada kedua kondisi ini proses kimia pada saraf otak dan hormon aktif yang bermain pada kedua peristiwa ini sama, yaitu: dopamine, oxytocin, estrogen dan testosteron. Dopamine adalah hormon yang dikeluarkan otak dan membawa sensasi rasa menyenangkan tertentu di saat mendapatkan stimuli cinta atau narkoba. Intensitasnya mungkin berbeda, tapi rangsangan sensasi tersebut membawa efek high yang sama. Ini terjadi karena rangkaian saraf otak yang diaktivasi pada saat jatuh cinta itu sama dengan perasaan pecandu ketika 'nagih'.

Ketika seseorang jatuh cinta atau ketagihan narkoba, bagian otak yang berperan sebagai pusat pengendali bahaya - fear alert system - amygdala, pusat berpikir kritis dan pengambil keputusan - anterior cingulated cortex seakan 'dinonaktifkan' ketika proses kimia otak dibanjiri oleh dopamine dan oxytocin.
Hal ini pulalah yang menurut Dr. Brizendine dapat menjelaskan mengapa relaps atau kembali nyandu cinta atau narkoba. Hal ini terjadi terus-menerus sebagai akibat adanya ketidaksinkronan antara kesadaran/keinginan (untuk berubah) dengan perbuatan yang terus mengulang halhal dengan tidak terkendali dan tidak logis.

Dari segi perilaku, sekilas tampak pula beberapa kesamaan antara perilaku kecanduan narkoba dan perselingkuhan. Coba-coba, memenuhi rasa ingin tahu dan ingin membuktikan sesuatu, sama-sama menjadi alasan dalam kedua perilaku ini. Para pecandu awalnya ingin tahu seperti apa narkoba itu, sementara para pelaku selingkuh juga ada yang ingin tahu rasanya berselingkuh. Seperti apa rasanya berdebar-debar karena selingkuh dan sebagainya.
Motivasi untuk berselingkuh maupun mencoba narkoba banyak juga kemiripannya. Misalnya mereka sama-sama meyakini bahwa narkoba dan selingkuh sama-sama dianggap bisa mengatasi masalah, membuat suasana pertemuan sosial lebih menyenangkan, dan dapat mengurangi emosi negatif.

Adanya peningkatan karier juga menggambarkan kemiripan di antara dua hal ini. Mereka tidak pernah tahu bahwa sudah berjalan jauh dan tahu-tahu sudah berada dalam situasi yang pada awalnya tidak mereka inginkan. Toleransi tubuh yang meningkat pada pengguna narkoba dan kebutaan nurani pelaku selingkuh yang makin lama semakin parah membuat “karier” di bidang ini cepat menanjak.
Dalam tulisan saya yang lalu, ciri-ciri pengguna narkoba dikenal istilah tiga 'ong' yaitu: bengong, bohong, dan nyolong. Dalam perselingkuhan, perilaku bengong juga kerap muncul. Pandangan menerawang memikirkan selingkuhannya atau perasaan sakau (nagih) pun timbul karena sudah berhari-hari tidak ketemu. Dalam narkoba disebut “relapse”, dan buat yang jatuh cinta itu namanya kangen.

Mereka juga sering bohong. Pulang malam dengan alasan pekerjaan mengharuskan lembur, padahal kerja 'ekstra' di tempat lain. Mengatakan kepada pasangan bahwa yang baru telepon adalah teman kantor padahal 'teman tapi mesra'-nya.
Mereka juga mulai suka nyolong. Yang dicolong adalah waktu bersama istri dan keluarganya, atau mungkin waktu kantor, ataupun waktu beribadah. Ada juga yang nyolong jatah uang rumah tangga, nyolong pulsa, dsb.

Salah satu faktor risiko dalam penyalahgunaan narkoba adalah suasana rumah yang kurang memiliki relasi yang hangat. Risiko yang sama juga dialami oleh calon-calon pelaku selingkuh. Rumah tangga yang tidak hangat, terlalu rutin dan monoton bisa jadi berkontribusi terhadap perilaku berselingkuh.
Faktor pencegah utama dalam penyalahgunaan narkoba adalah perasaan takut berdosa. Setidaknya ini yang disampaikan sebagian besar remaja yang diriset. Sementara itu banyak orang yakin bahwa benteng terakhir dari perselingkuhan adalah pegangan moral setiap orang. Proses kembalinya pelaku selingkuh maupun pecandu ke dalam habitat awalnya juga bukan hal yang mudah. Penolakan, tidak adanya kepercayaan merupakan konsekuensi logis yang akan muncul dalam situasi itu. Penerimaan keberadaan mantan pecandu dan mantan pelaku selingkuh juga bukan sebuah proses yang pendek.

Dari gambaran ini tampak ada beberapa kesamaan antara narkoba dan selingkuh. Jika mau ditarik sebuah benang merah yang kasar sekali, bisa dikatakan bahwa selingkuh dan narkoba pada hakikatnya adalah sama-sama sebuah penyimpangan dari kewajaran. Paenyalahgunaan narkoba adalah penyimpangan terhadap indahnya kehidupan ini. Sementara itu perselingkuhan adalah penyimpangan dari lantangnya komitmen bersama.
Penyimpangan ini sama-sama akan membawa sejumlah konsekuensi, dari yang ringan hingga yang berat. Jika sudah telanjur terjadi, mari ditanggung konsekuensinya. Jika belum, mari dicegah sejak dini.
Ada sedikit rasa ingin tahu, apa pendapat sidang pembaca bila pengguna narkoba adalah sekaligus juga pelaku selingkuh?
Menurut para ahli, jika dilihat dari kajian biologi ada kemiripan aktivitas otak pada saat seseorang mengalami high akibat jatuh cinta maupun karena menggunakan zat (narkoba) tertentu. Hal ini tentu cukup mengagetkan, bukan?
Penulis buku The Female Brain, Dr. Louann Brizendine yang juga seorang neuropsychologist lulusan dari serentetan institusi pendidikan bergengsi University of California Berkeley, Yale, dan Harvard, mengatakan bahwa pada kedua kondisi ini proses kimia pada saraf otak dan hormon aktif yang bermain pada kedua peristiwa ini sama, yaitu: dopamine, oxytocin, estrogen dan testosteron. Dopamine adalah hormon yang dikeluarkan otak dan membawa sensasi rasa menyenangkan tertentu di saat mendapatkan stimuli cinta atau narkoba. Intensitasnya mungkin berbeda, tapi rangsangan sensasi tersebut membawa efek high yang sama. Ini terjadi karena rangkaian saraf otak yang diaktivasi pada saat jatuh cinta itu sama dengan perasaan pecandu ketika 'nagih'.

Ketika seseorang jatuh cinta atau ketagihan narkoba, bagian otak yang berperan sebagai pusat pengendali bahaya - fear alert system - amygdala, pusat berpikir kritis dan pengambil keputusan - anterior cingulated cortex seakan 'dinonaktifkan' ketika proses kimia otak dibanjiri oleh dopamine dan oxytocin.
Hal ini pulalah yang menurut Dr. Brizendine dapat menjelaskan mengapa relaps atau kembali nyandu cinta atau narkoba. Hal ini terjadi terus-menerus sebagai akibat adanya ketidaksinkronan antara kesadaran/keinginan (untuk berubah) dengan perbuatan yang terus mengulang halhal dengan tidak terkendali dan tidak logis.
Dari segi perilaku, sekilas tampak pula beberapa kesamaan antara perilaku kecanduan narkoba dan perselingkuhan. Coba-coba, memenuhi rasa ingin tahu dan ingin membuktikan sesuatu, sama-sama menjadi alasan dalam kedua perilaku ini. Para pecandu awalnya ingin tahu seperti apa narkoba itu, sementara para pelaku selingkuh juga ada yang ingin tahu rasanya berselingkuh. Seperti apa rasanya berdebar-debar karena selingkuh dan sebagainya.
Motivasi untuk berselingkuh maupun mencoba narkoba banyak juga kemiripannya. Misalnya mereka sama-sama meyakini bahwa narkoba dan selingkuh sama-sama dianggap bisa mengatasi masalah, membuat suasana pertemuan sosial lebih menyenangkan, dan dapat mengurangi emosi negatif.

Adanya peningkatan karier juga menggambarkan kemiripan di antara dua hal ini. Mereka tidak pernah tahu bahwa sudah berjalan jauh dan tahu-tahu sudah berada dalam situasi yang pada awalnya tidak mereka inginkan. Toleransi tubuh yang meningkat pada pengguna narkoba dan kebutaan nurani pelaku selingkuh yang makin lama semakin parah membuat “karier” di bidang ini cepat menanjak.
Dalam tulisan saya yang lalu, ciri-ciri pengguna narkoba dikenal istilah tiga 'ong' yaitu: bengong, bohong, dan nyolong. Dalam perselingkuhan, perilaku bengong juga kerap muncul. Pandangan menerawang memikirkan selingkuhannya atau perasaan sakau (nagih) pun timbul karena sudah berhari-hari tidak ketemu. Dalam narkoba disebut “relapse”, dan buat yang jatuh cinta itu namanya kangen.

Mereka juga sering bohong. Pulang malam dengan alasan pekerjaan mengharuskan lembur, padahal kerja 'ekstra' di tempat lain. Mengatakan kepada pasangan bahwa yang baru telepon adalah teman kantor padahal 'teman tapi mesra'-nya.
Mereka juga mulai suka nyolong. Yang dicolong adalah waktu bersama istri dan keluarganya, atau mungkin waktu kantor, ataupun waktu beribadah. Ada juga yang nyolong jatah uang rumah tangga, nyolong pulsa, dsb.
Salah satu faktor risiko dalam penyalahgunaan narkoba adalah suasana rumah yang kurang memiliki relasi yang hangat. Risiko yang sama juga dialami oleh calon-calon pelaku selingkuh. Rumah tangga yang tidak hangat, terlalu rutin dan monoton bisa jadi berkontribusi terhadap perilaku berselingkuh.

Faktor pencegah utama dalam penyalahgunaan narkoba adalah perasaan takut berdosa. Setidaknya ini yang disampaikan sebagian besar remaja yang diriset. Sementara itu banyak orang yakin bahwa benteng terakhir dari perselingkuhan adalah pegangan moral setiap orang. Proses kembalinya pelaku selingkuh maupun pecandu ke dalam habitat awalnya juga bukan hal yang mudah. Penolakan, tidak adanya kepercayaan merupakan konsekuensi logis yang akan muncul dalam situasi itu. Penerimaan keberadaan mantan pecandu dan mantan pelaku selingkuh juga bukan sebuah proses yang pendek.

Dari gambaran ini tampak ada beberapa kesamaan antara narkoba dan selingkuh. Jika mau ditarik sebuah benang merah yang kasar sekali, bisa dikatakan bahwa selingkuh dan narkoba pada hakikatnya adalah sama-sama sebuah penyimpangan dari kewajaran. Paenyalahgunaan narkoba adalah penyimpangan terhadap indahnya kehidupan ini. Sementara itu perselingkuhan adalah penyimpangan dari lantangnya komitmen bersama.
Penyimpangan ini sama-sama akan membawa sejumlah konsekuensi, dari yang ringan hingga yang berat. Jika sudah telanjur terjadi, mari ditanggung konsekuensinya. Jika belum, mari dicegah sejak dini.
Ada sedikit rasa ingin tahu, apa pendapat sidang pembaca bila pengguna narkoba adalah sekaligus juga pelaku selingkuh?

By: Veronica Colondam

Tidak ada komentar:

Duta Bisnis School ( DBS )